Pembangunan Ka'bah
Cerita ini diambil dari sejarah yang hampir merupakan konsensus dalam garis besarnya tentang kepergian Ibrahim dan Ismail ke Mekah, meskipun terdapat perbedaan dalam detail. Dan yang memajukan kritik atas peristiwa secara mendetail itu berpendapat, bahwa Hajar dan Ismail telah pergi ke lembah yang sekarang terletak Mekah itu dan bahwa di tempat itu terdapat mata air yang ditempati oleh kabilah Jurhum. Hajar disambut dengan senang hati oleh mereka ketika ia datang bersama Ibrahim dan anaknya ke tempat itu. Sesudah Ismail besar ia kawin dengan wanita Jurhum dan mempunyai beberapa orang anak.
Cerita ini diambil dari sejarah yang hampir merupakan konsensus dalam garis besarnya tentang kepergian Ibrahim dan Ismail ke Mekah, meskipun terdapat perbedaan dalam detail. Dan yang memajukan kritik atas peristiwa secara mendetail itu berpendapat, bahwa Hajar dan Ismail telah pergi ke lembah yang sekarang terletak Mekah itu dan bahwa di tempat itu terdapat mata air yang ditempati oleh kabilah Jurhum. Hajar disambut dengan senang hati oleh mereka ketika ia datang bersama Ibrahim dan anaknya ke tempat itu. Sesudah Ismail besar ia kawin dengan wanita Jurhum dan mempunyai beberapa orang anak.
Dari
percampuran perkawinan antara Ismail dengan unsur-unsur Ibrani-Mesir di
satu pihak dan unsur Arab di pihak lain, menyebabkan keturunannya itu
membawa sifat-sifat Arab, Ibrani dan Mesir. Mengenai sumber yang
mengatakan tentang Hajar yang kebingungan setelah melihat air yang habis
menyerap serta tentang usahanya berlari tujuh kali dari Shafa dan Marwa
dan tentang sumur Zamzam dan bagaimana air menyembur, oleh mereka masih
diragukan.
Sebaliknya William Muir
menyangsikan kepergian Ibrahim dan Ismail itu ke Hijaz dan ia menolak
dasar cerita itu. Dikatakannya, bahwa itu adalah Israiliat (Yudaica)
yang dibuat-buat orang Yahudi beberapa generasi sebelum Islam, guna
mengikat hubungan dengan orang Arab yang sama-sama sebapa dengan
lbrahim, kalau Ishaq itu yang menjadi nenek-moyang orang Yahudi. Jadi
apabila saudaranya, Ismail itu moyang orang Arab, maka mereka adalah
saudara sepupu yang akan menjadi kewajiban orang Arab pula menerima baik
emigran orang-orang Yahudi ke tengah-tengah mereka, dan akan memudahkan
perdagangan orang Yahudi di seluruh jazirah Arab. Pengarang Inggris ini
mendasarkan pendapatnya pada cara-cara peribadatan di negeri-negeri
Arab yang tak ada hubungannya dengan agama Ibrahim, sebab mereka sudah
benar-benar hanyut dalam paganisma, sedang agama Ibrahim agama murni.
Kita tidak melihat bahwa
argumentasi demikian itu sudah cukup kuat untuk menghilangkan kenyataan
sejarah. Jauh beberapa abad sesudah meninggalnya Ibrahim dan Ismail
paganisma Arab tidak menunjukkan bahwa mereka memang sudah demikian
tatkala Ibrahim datang ke Hijaz dan tatkala ia dan Ismail bersama-sama
membangun Ka'bah. Andaikata waktu itu paganisma sudah ada, tentu itu
akan memperkuat pendapat Sir William Muir. Masyarakat Ibrahim sendiri
waktu itu menyembah berhala dan ia berusaha mengajak mereka ke jalan
yang benar, tapi tidak berhasil. Apabila ia mengajak masyarakat Arab
seperti mengajak masyarakatnya sendiri, lalu tidak berhasil, dan
orang-orang Arab itu tetap menyembah berhala, tentu hal itu tidak sesuai
dengan kepergian Ibrahim dan Ismail ke Mekah. Keterangan sejarah itu
secara logika bahkan lebih kuat. Ibrahim yang telah keluar dari Irak
karena mau menghindar dari keluarganya, ia pergi ke Palestina dan Mesir,
adalah orang yang mudah bepergian dan biasa mengarungi sahara. Sedang
jalan antara Palestina dan Mekah sejak dahulu kala sudah merupakan
lalu-lintas terbuka bagi para kafilah. Dengan demikian tidak pula pada
tempatnya orang meragukan kenyataan sejarah yang dalam garis besamya
sudah menjadi konsensus itu.
Sir William Muir dan mereka yang
menunjang pendapatnya itu mengatakan tentang kemungkinan adanya
segolongan anak-anak Ibrahim dan Ismail sesudah itu yang pindah dari
Palestina ke negeri-negeri Arab serta adanya pertalian mereka dalam arti
hubungan darah. Kita tidak mengerti, kalau kemungkinan mengenai
anak-anak Ibrahim dan Ismail ini bagi mereka dapat diterima, sedang
kemungkinan mengenai kedua orang itu sendiri tidak! Bagaimana akan
dikatakan belum dapat dipastikan padahal peristiwa sejarah sudah
memperkuatnya. Bagaimana pula takkan terjadi padahal sumbernya sudah tak
dapat diragukan lagi dan sudah disebutkan dalam Quran dan dibicarakan
juga dalam kitab-kitab suci lainnya!
Ibrahim dan Ismail lalu
mengangkat sendi-sendi Rumah Suci itu. "Bahwa rumah pertama dibuat untuk
manusia beribadat ialah yang di Mekah itu, sudah diberi berkah dan
bimbingan bagi semesta alam. Disitulah terdapat keterangan-keterangan
yang jelas sebagai Maqam (tempat) Ibrahim; barangsiapa memasukinya
menjadi aman." (Qur'an, 3: 96-97)
"Dan ingatlah, Kami jadikan
Rumah itu tempat berkumpul bagi manusia dan tempat yang aman. Dan
jadikanlah Maqam Ibrahim itu tempat bersembahyang, dan kami serahkan
kepada Ibrahim dan Ismail menyucikan RumahKu bagi mereka yang bertawaf,
mereka yang tinggal menetap dan mereka yang ruku' dan sujud. Dan
ingatlah tatkala Ibrahim berkata: 'Tuhanku, jadikan tempat ini Kota yang
aman dan berikanlah buah-buahan kepada penduduknya, mereka yang beriman
kepada Allah dan Hari Kemudian.' Ia berkata: 'Dan bagi barang siapa
yang menolak iman akan Kuberi juga kesenangan sementara, kemudian
Kutarik ia ke dalam siksa api, tujuan yang paling celaka. Dan ingatlah
tatkala Ibrahim dan Ismail mengangkat sendi-sendi Rumah Suci itu (mereka
berdoa): 'Tuhan, terimalah ini dari kami. Sesungguhnyalah Engkau Maha
mendengar, Maha mengetahui." (Qur'an, 2: 125-127)
Bagaimana Ibrahim mendirikan
Rumah itu sebagai tempat tujuan dan tempat yang aman, untuk mengantarkan
manusia supaya beriman hanya kepada Allah Yang Tunggal lalu kemudian
menjadi tempat berhala dan pusat penyembahannya? Dan bagaimana pula
cara-cara peribadatan itu dilakukan sesudah lbrahim dan Ismail, dan
dalam bentuk bagaimana pula dilakukan? Dan sejak kapan cara-cara itu
berubah lalu dikuasi oleh paganisma? Hal ini tidak diceritakan kepada
kita oleh sejarah yang kita kenal. Semua itu baru merupakan
dugaan-dugaan yang sudah dianggap sebagai suatu kenyataan. Kaum Sabian1
yang menyembah bintang mempunyai pengaruh besar di tanah Arab. Pada
mulanya mereka - menurut beberapa keterangan - tidak menyembah bintang
itu sendiri, melainkan hanya menyembah Allah dan mereka mengagungkan
bintang-bintang itu sebagai ciptaan dan manifestasi kebesaranNya. Oleh
karena lebih banyak yang tidak dapat memahami arti ketuhanan yang lebih
tinggi, maka diartikannya bintang-bintang itu sebagai tuhan. Beberapa
macam batu gunung dikhayalkan sebagai benda yang jatuh dan langit,
berasal dan beberapa macam bintang. Dari situ mula-mula manifestasi
tuhan itu diartikan dan dikuduskan, kemudian batu-batu itu yang
disembah, kemudian penyembahan itu dianggap begitu agung, sehingga tidak
cukup bagi seorang orang Arab hanya menyembah hajar aswad (batu hitam)
yang di dalam Ka'bah, bahkan dalam setiap perjalanan ia mengambil batu
apa saja dari Ka'bah untuk disembah dan dimintai persetujuannya: akan
tinggal ataukah akan melakukan perjalanan. Mereka melakukan cara-cara
peribadatan yang berlaku bagi bintang-bintang atau bagi pencipta
bintang-bintang itu. Dengan cara-cara demikian menjadi kuatlah
kepercayaan paganisma itu, patung-patung dikuduskan dan dibawanya
sesajen-sesajen untuk itu sebagai kurban.
Ini adalah suatu gambaran
tentang perkembangan agama itu di tanah Arab sejak Ibrahim membangun
rumah sebagai tempat beribadat kepada Tuhan, sebagaimana dilukiskan oleh
beberapa ahli sejarah dan bagaimana pula hal itu kemudian berbalik dan
menjadi pusat berhala. Herodotus, bapa sejarah, menerangkan tentang
penyembahan Lat itu di negeri Arab. Demikian juga Diodorus Siculus
menyebutkan tentang rumah di Mekah yang diagungkan itu. Ini menunjukkan
tentang paganisma yang sudah begitu tua di jazirah Arab dan bahwa agama
yang dibawa Ibrahim di sana bertahan tidak begitu lama.
Dalam abad-abad itu sudah datang
pula para nabi yang mengajak kabilah-kabilah jazirah itu supaya
menyembah Allah semata-mata. Tetapi mereka menolak dan tetap bertahan
pada paganisma. Datang Hud mengajak kaum 'Ad yang tinggal di sebelah
utara Hadzramaut supaya menyembah hanya kepada Allah; tapi hanya
sebagian kecil saja yang ikut. Sedang yang sebagian besar malah
menyombongkan diri dan berkata: "O Hud, kau datang tidak membawa
keterangan yang jelas, dan kami tidak akan meninggalkan tuhan-tuhan kami
hanya karena perkataanmu itu. Kami tidak percaya kepadamu." (Qur'an,
11: 53) Bertahun-tahun lamanya Hud mengajak mereka. Hasilnya malah
mereka bertambah buas dan congkak. Demikian juga Saleh datang mengajak
kaum Thamud supaya beriman. Mereka ini tinggal di Hijr yang terletak
antara Hijaz dengan Syam di Wadi'l-Qura ke arah timur daya dari Mad-yan
(Midian) dekat Teluk 'Aqaba. Sama saja, hasil ajakan Saleh itu tidak
lebih seperti ajakan Hud juga. Kemudian datang Syu'aib kepada bangsa
Mad-yan yang terletak di Hijaz, mengajak supaya mereka menyembah Allah.
Juga tidak didengar Merekapun mengalami kehancuran seperti yang terjadi
terhadap golongan 'Ad dan Thamud.
Selain para nabi itu juga Qur'an
telah menceritakan tentang ajakan mereka supaya menyembah Allah yang
Esa. Sikap golongan itu begitu sombong. Mereka tetap bersikeras hendak
menyembah berhala dan bermohon kepada berhala-berhala dalam Ka'bah itu.
Mereka berziarah ke tempat itu setiap tahun; mereka datang dari segenap
pelosok jazirah Arab. Dalam hal ini turun firman Tuhan: "Dan Kami tidak
akan mengadakan siksaan sebelum Kami mengutus seorang rasul."(Qur'an 17:
15)
Sejak didirikannya Mekah di
tempat itu sudah ada jabatan-jabatan penting seperti yang dipegang oleh
Qushayy bin Kilab pada pertengahan abad kelima Masehi. Pada waktu itu
para pemuka Mekah berkumpul. Jabatan-jabatan hijaba, siqaya, rifada,
nadwa, liwa' dan qiyada dipegang semua oleh Qushay. Hijaba ialah penjaga
pintu Ka'bah atau yang memegang kuncinya. Siqaya ialah menyediakan air
tawar - yang sangat sulit waktu itu bagi mereka yang datang berziarah
serta menyediakan minuman keras yang dibuat dari kurma. Rifada ialah
memberi makan kepada mereka semua. Nadwa ialah pimpinan rapat pada tiap
tahun musim. Liwa' ialah panji yang dipancangkan pada tombak lalu
ditancapkan sebagai lambang tentara yang sedang menghadapi musuh, dan
qiyada ialah pimpinan pasukan bila menuju perang. Jabatan-jabatan
demikian itu di Mekah sangat terpandang. Dalam masalah ibadat seolah
pandangan orang-orang Arab semua tertuju ke Ka'bah itu.
Saya kira semua itu datangnya
bukan sekaligus ketika rumah itu dibangun, melainkan satu demi satu,
pada satu pihak tak ada hubungannya satu sama lain dengan Ka'bah serta
kedudukannya dalam arti agama, di pihak lain sedikit banyak memang ada
juga hubungannya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar